Pagi itu, terasa amat cepat datangnya bagi kami. Pun begitu, dia juga cepat berlalu. Tanpa pedulikan betapa kami sangat ingin menikmatinya di tempat spesial ini. Momen yang sangat kami nantikan, namun tak diharapkan datang sebelum kami berpijak di puncak itu. Hingga pada saatnya tiba, meski agak terlambat. Begitu indah dan syahdu bersama para sahabat. Hingga lupa akan perjuangan kami menembus hutan Kerinci yang sangat lebat.
Puncak Indrapura namanya. Berdiri
kokoh diantara barisan gunung lainnya di Taman Nasional Kerinci
Seblat yang seolah menantang kami. Tapi kami datang untuk
merangkulnya, berkenalan dengannya, bukan untuk menjawab
tantangannya. Karena sadar, kami bukan tandingannya. Anggap saja
pengorbanan kami akan waktu, tenaga serta materi, sebagai syarat
untuk menggapainya. Toh meski sangat berat,
justru semua syarat itulah yang kami nikmati.
Dan benar, meski sangat singkat pagi
yang kami nanti. Ternyata begitu abadi tersimpan di ingatan kami. Di
Puncak Indrapura, titik tertinggi Gunung Kerinci. Sebuah gunung api
tertinggi di negeri kami. Yang ternyata sangat bersahabat. Tanpa
sedikit menyakiti. Seperti persahabatannya dengan masyarakat Kayu Aro
di kaki gunung Kerinci. Yaaa, orang-orang Kayu Aro begitu bergantung
padanya. Sumber kehidupan yang Tuhan berikan melalui dirinya.
Walau kadang terpikir, pasti suatu
saat akan datang amarahnya. Tanpa ada yang tahu kapan datangnya,
kecuali Sang Pemilik semesta. Tapi kami yakin, amarahnya takkan
meledak selama orang seperti kami serta masyarakat Kayu Aro tetap
menjaganya. Menjaga utuhnya persahabatan antara alam dengan manusia.
Selama itulah orang-orang seperti kami tetap bisa menikmati indahmu
di dalam rangkulanmu. Menikmati pagi yang seolah hanya ada di dalam
dekapanmu.
Terima kasih Kerinci.
-Aku, yang tersenyum menatapmu dari
Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi.-
"3 September 2014"
Ajak ajak dong min kalo naik gunung
ReplyDeleteyuuk ahh lekas :)
Delete