Mahameru |
Mahameruku sayang Mahameruku malang, begitulah kata yang tepat menggambarkan kondisi masyarakat saat ini yang terjangkit “virus” naik gunung. Hal ini bukan tanpa alasan, saat ini antusiasme masyarakat kita khususnya para pemuda sangat tinggi dalam menggeluti olahraga bertualang ini. Ditambah dengan letak geografis negeri kita yang memiliki jajaran gunung api aktif dari sabang sampai merauke menjadi surga tersendiri bagi para kalangan petualang. Terdengar menyenangkan memang, disamping banyak kegiatan-kegiatan negatif yang saat ini banyak dilakukan para pemuda kita, naik gunung jelas lebih baik.
Namun, selalu ada “noda” di setiap
keadaan yang baik. Dampak negatif dari fenomena tersebut cukup
mencengangkan. Kerusakan lingkungan akibat kondisi tersebut kian hari
semakin membuat kita mengernyitkan dahi. Masyarakat kita tampaknya
belum siap dalam berpikir jauh ke depan, terlihat banyak kondisi
gunung-gunung di Indonesia yang memprihatinkan, mulai dari
coretan-coretan, sampah dimana-mana, hingga mencuri bunga Edelweis
yang notaben nya dilindungi. Padahal para pendaki “karbitan” ini
biasanya berada di bawah bendera organisasinya yang berjudul “Pecinta
Alam”.
Oke, cukuplah umpatan demi umpatan saya
utarakan di sini, toh saya juga tak memiliki bukti otentik akan hal
ini. Hanya fakta di lapangan yang dapat berbicara dalam penggambaran
kondisi rusaknya lingkungan saat ini. Mari kita ambil satu contoh,
baru-baru ini diadakan sebuah acara yang digawangi oleh brand
perlengkapan outdoor lokal di gunung Semeru. Tak main-main, jumlah
pesertanya hingga ribuan orang. Datang dari berbagai kalangan mulai
dari pendaki yang bisa dibilang profesional hingga yang baru kali
pertama naik gunung.
Sumber foto : http://nurulaneh.blogspot.com |
Katanya sih judul dari acara tersebut
“Jambore atau Aksi Bersih Gunung”. Cukup membuat banyak kalangan
tertarik, terbuai, akan positifnya tajuk acara tersebut. Namun apa
yang didapat? rusaknya ekosistem kawasan tersebut tak terelakkan.
Sampah bertebaran dimana-mana, Ranukumbolo terlihat sangat
menyedihkan. Begitu juga di wilayah lain sepanjang jalur pendakian
Semeru. Selain acara tersebut, sebuah film yang
menjadikan Gunung Semeru sebagai tempat syuting juga menjadi sorotan
dari berbagai kalangan. Kecaman demi kecaman dilontarkan dari
beberapa pihak khususnya para pemerhati lingkungan. Efek film
tersebut juga menciptakan antusiasme tinggi bagi masyarakat untuk
menjajal kegiatan mendaki gunung.
Sumber foto : http://nurulaneh.blogspot.com |
Terlebih, di film tersebut terdapat adegan "summit" sampai puncak Mahameru. Padahal seperti kita semua ketahui, batas pendakian Gunung Semeru sesuai peraturan hanya sampai pos Kalimati, sehingga seolah-olah pendakian ke puncak Mahameru legal. Akibatnya, banyak pendaki-pendaki baru yang tak memiliki kesadaran akan lingkungan, yang hanya mementingkan “gaya” atau “biar terlihat keren” dibanding tujuan utama dalam mendaki gunung bahkan sampai mengesampingkan faktor keamanan dan keselamatan.
Kesimpulannya, efek dari dua kegiatan yang diadakan di TNBTS tersebut membuat banyak orang semakin kagum akan keindahan Gunung Semeru. Hingga tercipta lah pendaki-pendaki "karbitan" yang terhipnotis oleh kedua acara tersebut, khususnya film tentang Gn. Semeru. Akibatnya, jumlah pendaki gunung Semeru melonjak tajam. Tentu dengan begini, ancaman akan rusaknya ekosistem kawasan tersebut semakin tinggi. Terkait akan hal ini, pihak TNBTS
akhirnya mengeluarkan beberapa regulasi terbaru seputar peruntukkan
kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru yang isinya sebagai
berikut:
Sumber : http://www.facebook.com/tamannasional.bts |
Tentu dengan dikeluarkannya regulasi tersebut, "pembatasan" kunjungan kawasan TNBTS bertujuan untuk meminimilisasi kerusakan ekosistem di kawasan tersebut. Namun berdampak kurang mengenakkan bagi para pendaki "sungguhan" yang benar-benar ingin menikmati keindahan alam (dalam hal ini Gunung Semeru) dengan adanya pembatasan ini. Selain pembatasan jumlah pendaki, sistem untuk mendapatkan SIMAKSI di TNBTS juga diperketat. Berikut beberapa persyaratan untuk mendapatkan SIMAKSI jika teman-teman ingin mengadakan suatu acara di TNBTS:
Sumber : http://www.facebook.com/tamannasional.bts |
Begitulah aturannya saat ini, tentu kita harus maklum demi terjaganya ekosistem di kawasan ini. Dua jempol patut kita berikan kepada pihak TNBTS yang tak kenal lelah dalam menjalankan tugasnya. Bagi rekan-rekan yang tetap mau merasakan indahnya Gunung Semeru jangan lupa persiapkan segala keperluannya, mulai dari peralatan mendaki hingga fisik yang mumpuni, baca tips mendaki Gunung Semeru. Serta ikuti terus info-info terbaru melalui Facebook TNBTS atau web TNBTS untuk melakukan booking pendakian online (mulai Mei 2013).
Tetap jaga lingkungan dan ekosistem, sekecil apapun hal positif yang kita lakukan, besar dampaknya bagi alam semesta ini, -Salam Lestari-.
Mari kita resapi gagah dan indahnya sang Mahameru dengan sebuah klip dari Dewa 19 berikut ini :
Tetap jaga lingkungan dan ekosistem, sekecil apapun hal positif yang kita lakukan, besar dampaknya bagi alam semesta ini, -Salam Lestari-.
Mari kita resapi gagah dan indahnya sang Mahameru dengan sebuah klip dari Dewa 19 berikut ini :
Kunjungan balik ya.. BTW saya perempuan kali mas.. masa dipanggil Bro :<
ReplyDeleteMei ini saya mau ke Semeru, dan Berita terakhir sekali pendakian sekarang dibatasi jadi maximal 50 org.. jadi mesti cepet2an daftar :D
hhehehee okey maap kalo gitu, tp saya jg bukan mas2 kaleeeee :D, Wew asik tuh Semeru. iyaa skrng dibatasi, tp kn bisa booking online per 1 Mei :)
ReplyDeletemantap nih..
ReplyDeletedengan regulasi seperti ini, smoga bisa meminimalisasi kerusakan alam TN BTS
dan smoga tidak di manfaatkan oleh segelintir oknum untuk mencari keuntungan dari ketat nya aturan tsb...
salam lestari
skinhead also love nature
Amiiiin........:)
DeleteBerita nya.untuk pendakian pribadi di semeru slalu d cek perlengkapan yg d bawa pendaki,bahkan wajib memakai sepatu trecking,apa itu benar gan??
ReplyDeleteMohon infonya
iyaaa jelas dooong, itu kan termasuk salah satu standar keamanan pendakian dengan memakai sepatu treking :)
Delete