Situs Sejarah Banten Lama Mengkhawatirkan


Mungkin hanya sebagian orang yang tahu akan obyek wisata Banten Lama. Kawasan wisata yang terletak di barat pulau Jawa, tepatnya di Serang, Banten ini memang kurang terekspose dan kurang diketahui para pelancong domestik dan mancanegara. Hal ini dikarenakan kurangnya perhatian pemerintah provinsi Banten akan kelangsungan kawasan yang banyak menyimpan peninggalan sejarah tersebut.

Untuk menuju Banten Lama tidak terlalu jauh, hanya memerlukan waktu dua jam dari Jakarta. Tepatnya di Desa Banten, Kecamatan Kasemen, 10 kilometer dari Serang. Untuk jarak yang sama sekali tidak jauh dari pusat pemerintahan Banten bahkan tidak jauh dari Ibukota Indonesia yaitu Jakarta. Cukup disayangkan bila cagar budaya peninggalan kesultanan Banten ini sama sekali tak terurus.

Bila membicarakan sejarah, Banten Lama yang dahulu bernama Banten Hilir tersebut merupakan pintu gerbang Portugis masuk ke wilayah Jawa dan juga sebagai pusat pemerintahan dari kesultanan Banten dan tentunya terlihat megah dan menyilaukan mata. Namun itu semua kini hanya tinggal jejak-jejak peninggalan sejarah yang miris untuk melihatnya, bahkan peninggalan kemegahan kesultanan Banten pun sama sekali tak terlihat.

Seperti peninggalan sejarah Benteng Surosowan. Ketika mengunjunginya mungkin kita tak akan menyangka bila dahulu di lokasi tersebut berdiri Benteng yang cukup megah milik kerajaan Banten. Kini benteng tersebut hanya terlihat seperti tanah lapang yang ditumbuhi rumput-rumput tinggi yang menutup sisa-sisa bangunan benteng. Pondasi benteng tersebut pun hampir tak jauh beda dengan ketinggian tanah.

Menurut Wikipedia, Keraton Surosowan adalah sebuah keraton di Banten. Keraton ini dibangun sekitar tahun 1522-1526 pada masa pemerintahan Sultan pertama Banten, Sultan Maulana Hasanudin dan konon juga melibatkan ahli bangunan asal Belanda, yaitu Hendrik Lucasz Cardeel, seorang arsitek berkebangsaan Belanda yang memeluk Islam yang bergelar Pangeran Wiraguna. Dinding pembatas setinggi 2 meter mengitari area keraton sekitar kurang lebih 3 hektar. Surowowan mirip sebuah benteng Belanda yang kokoh dengan bastion (sudut benteng yang berbentuk intan) di empat sudut bangunannya. Bangunan di dalam dinding keraton tak ada lagi yang utuh. Hanya menyisakan runtuhan dinding dan pondasi kamar-kamar berdenah persegi empat yang jumlahnya puluhan.

Keraton Surosowan ini memiliki tiga gerbang masuk, masing-masing terletak di sisi utara, timur, dan selatan. Namun, pintu selatan telah ditutup dengan tembok, tidak diketahui apa sebabnya. Pada bagian tengah keraton terdapat sebuah bangunan kolam berisi air berwarna hijau, yang dipenuhi oleh ganggang dan lumut. Di keraton ini juga banyak ruang di dalam keraton yang berhubungan dengan air atau mandi-mandi (petirtaan). Salah satu yang terkenal adalah bekas kolam taman, bernama Bale Kambang Rara Denok. Ada pula pancuran untuk pemandian yang biasa disebut “pancuran mas”.



Kolam Rara Denok berbentuk persegi empat dengan panjang 30 meter dan lebar 13 meter serta kedalaman kolam 4,5 meter. Ada dua sumber air di Surosowan yaitu sumur dan Danau Tasikardi yang terletak sekitar dua kilometer dari Surosowan.

Benteng Surosowan kini setiap sore hari hanya dijadikan tempat anak-anak bermain sepak bola dan permainan lainnya, serta beberapa pasangan yang menunggu malam sambil melihat senja tenggelam dari ufuk barat. Untuk melihat kemegahan Benteng Surosowan kita hanya dapat membayangkannya akibat ketidak peduliannya Pemerintah Provinsi Banten yang tidak dapat melestarikan peninggalan sejarah yang begitu mahal harganya tersebut. Namun, bagi anda pecinta traveling, tidak ada salahnya untuk melongok sebentar sisa kejayaan kerajaan Banten tersebut. (IR)

"Jangan sekali-sekali meninggalkan sejarah."  -Ir. Soekarno-



No comments:

Post a Comment